Rabu, 24 Mei 2017

Chapter 1: Intro: Ketidaktahuan tentang Insomnia Setelah Melahirkan

Sejak dini merupakan hal yang lumrah bagi saya untuk mendengar tentang siklus hidup manusia. Secara umum, seorang bayi setelah lahir, akan melewati masa kanak-kanak, menjadi remaja, beranjak dewasa, menikah, dan akhirnya memiliki seorang bayi lagi. Pada masa inilah, seorang wanita akan disebut "Ibu".
a
Pada saat saya menikah, banyak orang mendoakan agar saya segera dikaruniai anak. Banyak juga yang menceritakan pada saya indahnya pengalaman menjadi seorang Ibu baru dengan bayi yang lucu. Apalagi di era seperti sekarang, dimana banyak foto yang berseliweran di medsos menampakkan kebahagiaan pasangan yang berpose dengan si bayi, menggunakan berbagai hashtag yang menggambarkan betapa sempurnanya hidup mereka dengan hadirnya si kecil, seperti #myeverything #mylovelybaby, #familygoals, dan seterusnya.....😊

Nah, semua hal yang disampaikan banyak orang seperti curhat saya diatas memang ada benarnya. Menjadi Ibu, melihat, memeluk, dan menggendong bayi yang lucu👶, memang memberikan kebahagiaan tersendiri pada batin saya. Namun, ada hal yang terlupakan oleh saya ketika menjalani kehamilan dan menantikan kelahiran anak pertama saya, bahwa dibalik kebahagiaan yang besar, akan dibutuhkan pengorbanan dan cobaan sebelum kita akhirnya menikmati kebahagiaan itu sendiri. Paling tidak, inilah yang saya rasakan ketika pertama kali menyandang gelar seorang Ibu, dan tidak ada seorangpun yang mewanti-wanti saya mengenai hal ini: Insomnia setelah Melahirkan, atau yang banyak disebut sebagai Postpartum Insomnia dalam beberapa blog berbahasa inggris yang saya telusuri.

Insomnia, atau sulit tidur yang saya bahas disini sama sekali berbeda dengan kurang tidur yang biasa dialami oleh orang tua baru. Saya banyak mendengar bahwa orang tua baru sering terbangun di malam hari karena bayi minta menyusu, minta diganti popok, minta digendong, dan sebagainya. Mereka kelelahan, mengantuk, dan ingin sekali tidur, namun tidak punya waktu untuk cukup istirahat karena kerap kali terbangun untuk menjaga bayi mereka. Sedangkan sulit tidur yang saya maksud, adalah ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan tidur, meskipun si Ibu tidak sedang menjaga atau bersama si bayi.

Menurut pengalaman pribadi, ketika mendengar kata Insomnia, orang di sekitar saya mengasosiasikan hal tersebut sebagai hal yang biasa, lumrah, dan akan hilang sendiri tanpa perlu perhatian khusus. "Coba dengarkan musik yang tenang, nanti pasti bisa tertidur," atau "Jalan-jalan ke mall-lah, refreshing, nanti kalau capek kan pasti ngantuk," adalah contoh nasehat yang berkali-kali saya terima ketika menceritakan kondisi saya pada keluarga dan teman-teman dekat, termasuk orang tua saya. Pada mulanya tidak ada seorangpun, bahkan diri saya sendiri, yang paham dengan kondisi yang saya alami.

Di tengah kebingungan tersebut, saya berusaha untuk mencari tahu lewat jejaring internet dan menemukan banyak artikel, forum diskusi, dan forum tanya jawab lokal yang membahas tentang kesulitan tidur setelah melahirkan. Namun, setelah mendalami bacaan-bacaan tersebut dengan seksama dan membandingkan dengan keadaan saya, saya menyadari bahwa apa yang saya alami bukanlah kesulitan tidur pada umumnya yang dapat diatasi dengan mematikan lampu kamar, ponsel, televisi, minum susu, maupun mandi air hangat. Saya tidak bisa tidur baik di waktu siang maupun malam, dan baik ketika bersama anak saya ataupun tidak. Meskipun sangat lelah, dan berbaring di tempat tidur berjam-jam, saya tidak bisa jatuh tertidur, dan apabilapun akhirnya tertidur, saya akan bangun kembali dalam 5-10 menit saja. Pengalaman ini sungguh mencekam dan terjadi beberapa waktu setelah melahirkan, sebelum akhirnya saya menemukan artikel, blog, dan forum berbahasa inggris dimana para ibu baru dengan keadaan serupa saling membagikan pengalaman mereka.

Ya, ternyata yang saya alami mereka sebut sebagai Postpartum Insomnia, yaitu kesulitan tidur setelah melahirkan, yang bertumpang tindih dengan Postpartum Anxiety atau Gangguan Kecemasan setelah Melahirkan, dan merupakan pemicu awal dari Postpartum Depression atau Depresi Setelah Melahirkan.

Saya tidak menyadari bahwa kesulitan tidur yang saya alami merupakan pemicu awal dari depresi setelah melahirkan, karena pada awalnya saya tidak merasakan gejala signifikan yang biasanya tampak pada Ibu yang mengalami Postpartum Depression (PPD), seperti: rasa marah atau sedih yang berlebihan, rasa marah kepada si bayi, takut menyakiti si bayi, merasa gagal menjadi seorang Ibu, dan sebagainya. Setidaknya ciri-ciri PPD diatas banyak saya temui pada saat mencari tahu tentang kondisi saya, dan pernah diceritakan oleh beberapa teman yang mengetahui rekan mereka dengan kondisi tersebut, sehingga saya yakin bahwa saya tidak mengalami PPD.

Saya tergerak untuk berbagi pengalaman setelah mengalami sendiri sulitnya menemukan artikel yang membahas tentang insomnia setelah melahirkan seperti kondisi saya. Menyadari bahwa saya tidak sendiri dalam menghadapi keadaan ini, cukup memberikan penghiburan dan harapan untuk pulih seperti diri saya seperti sebelumnya. Demikian saya juga berharap agar para new moms yang mungkin mengalami hal serupa, bisa mengetahui bahwa mereka tidak sendirian dan bahwa kondisi ini merupakan suatu episode yang dapat dilalui dengan penanganan yang tepat.

Saya telah sedikit demi sedikit menuliskan narasi kisah yang saya alami dalam Bahasa Inggris. Mohon maaf bila masih banyak kekurangan dalam penulisannya (karena buka pro juga) dan apabila moms ingin berbagi, silahkan share cerita moms juga disini ya.







1 komentar:

  1. There are some natural remedies that can be used in the prevention and eliminate diabetes totally. However, the single most important aspect of a diabetes control plan is adopting a wholesome lifestyle Inner Peace, Nutritious and Healthy Diet, and Regular Physical Exercise. A state of inner peace and self-contentment is essential to enjoying a good physical health and overall well-being. The inner peace and self contentment is a just a state of mind.People with diabetes diseases often use complementary and alternative medicine. I diagnosed diabetes in 2010. Was at work feeling unusually tired and sleepy. I borrowed a cyclometer from a co-worker and tested at 760. Went immediately to my doctor and he gave me prescriptions like: Insulin ,Sulfonamides,Thiazolidinediones but Could not get the cure rather to reduce the pain but bring back the pain again. i found a woman testimony name Comfort online how Dr Akhigbe cure her HIV  and I also contacted the doctor and after I took his medication as instructed, I am now completely free from diabetes by doctor Akhigbe herbal medicine.So diabetes patients reading this testimony to contact his email     drrealakhigbe@gmail.com   or his Number   +2348142454860   He also use his herbal herbs to diseases like:SPIDER BITE, SCHIZOPHRENIA, LUPUS,EXTERNAL INFECTION, COMMON COLD, JOINT PAIN, EPILEPSY,STROKE,TUBERCULOSIS ,STOMACH DISEASE. ECZEMA, GOUT, PROGENITOR, EATING DISORDER, LOWER RESPIRATORY INFECTION,  DIABETICS,HERPES,HIV/AIDS, ;ALS,  CANCER , MENINGITIS,HEPATITIS A AND B,ASTHMA, HEART DISEASE, CHRONIC DISEASE. NAUSEA VOMITING OR DIARRHEA,KIDNEY DISEASE. HEARING  LOSSDr Akhigbe is a good man and he heal anybody that comes to him. here is email    drrealakhigbe@gmail.com    and his Number +2349010754824

    BalasHapus